Allah Sayang Padaku

Syana dan Adan pulang sekolah dengan semangat. Segera mereka menghambut ke dapur menemui Ibu. "Bu...Assalaamualaikum..." Syana mencium tangan Ibu diikuti Adan. "Waalaikumsalam" Ibu tersenyum.
"Bu...minggu depan ada field trip ke puncak Bu sama teman-teman sekelas" Syana mulai bercerita.
"Minggu depan ya?" Ibu mengernyitkan kening.
"Iya, kenapa Bu?" Syana gusar melihat perubahan air muka Ibunya.
"Paman, Bibi dan Elma sepupumu akan berkunjung minggu depan."
"Tapi aku akan tetap pergi Bu..." kata Syana lalu berlalu menuju kamarnya.

Di kamar Syana bertekad dalam hati kalau ia akan tetap pergi meski sepupunya datang. Pasti Elma mengertu karena ini adalah acara sekolahnya.

Ternyata Paman, Bibi dan sepupunya datang sehari lebih awal. Syana dan Adan senang sekali, mereka bermain bersama. Belum lagi Paman dan Bibi mereka sangat baik membawakan mereka banyak oleh-oleh dari kota. Malam harinya Elma demam karena kelelahan di perjalanan. Syana sangat dekat dengan Elma, tentu saja Elma ingin selalu ditunggui Syana.

"Tapi aku ingin ke puncak besok" kata Syana dalam hati. Dilihatnya Adan sudah bersiap pergi dengan tas ranselnya. Syana pun segera bersiap. Dia menyiapkan semua barang bawaan yang sudah dinlist oleh Pak Guru Arman.

Dia menuju kamar Elma, sungguh tak tega dia meninggalkan Elma besok pagi-pagi sekali. Tapi bagaimana...perjalanan ke puncak besok sudah sangat dia tunggu-tunggu. Pasti seru sekali perjalanan besok. Hanya sampai sore kok, Syana janji akan selalu menemani Elma setelah pulang dari puncak.

Esokpun tiba, Adan sudah bersiap. Syana juga sudah siap. Dia mau berpamitan pada Elma dan mengutarakan janjinya kalau dia hanya pergi sampai sore saja, setelahnya bisa selal menemani Elma. Belum sampai dia mengetuk pintu kamar Elma didengarnya Elma terisak, Elma menangis lirih, "Tapi aku ingin ikut Syana ke puncak Ma..." kata Elma. "Gak bisa Elma...Syana hanya pergi sebentar kok, ini kan acara sekolah Syana, Elma gak boleh ikut, lagipula Elma masih demam" terdengar jawaban Bibinya menenangkan Elma. Syana makin gundah.

"Syana, ayok berangkat," Adan sydah memanggilnya. Syana berlari menuju Adan. "Dan...aku gak jadi ikut, aku ingin menemani Elma, boleh kan Bu?" Syana meminta persetujuan Ibu. "Tentu saja boleh, nanti biar Ayah yang menyampaikan ke Pak Arman. Ayah mengangguk.

Seharian itu Syana menemani Elma di kamar, mengajak bercerita, menemani main boneka dan menonton TV. Elma senang sekali. Syana memang agak sedih tak jadi ikut ke puncak, tapi berusaha tak menampakkannya pada Elma.

Setah dhuhur didengarnya Adan sudah sampai rumah. "Cepat sekali pulangnya Dan?" tanya Syana.
"Kau tau Syana, kau beruntung tidak ikut tadi..." kata Adan lesu.
"Loh...kenapa?"
"Kami tak jadi naik bus besar seperti yang dijanjikan, tiba-tiba bannya bocor. Jadi kami naik bus kecil. Belum sampai puncak tiba-tiba ada kabar kalau di depan ada longsor. Jalanan tidak visa dilalui. Lalu terpaksa putar balik."
"Trus, jadi ke puncak?"
"Nggak, acara ke puncak batal. Padahal kami sudah lelah di perjalanan"
"Jadi....?"
"Jadi kata Pak Arman acaranya diundur minggu depan" jawab Adan sambil merebahkan badannya di sofa.

Dalam hati Syana bersyukur karena memilih menemani Elma tadi pagi. Syana sudah tidak sedih lagi. "Allah sayang padaku", kata Syana dalam hati.

#30DEM
#30daysemakmendongeng
#day7




Komentar

Postingan populer dari blog ini

TELEPATI

Maagh Menyerang

Pindahan Lagi....