Pilihanku Jatuh Padamu
Romantis ya judulnya...Eits, jangan berprasangka dulu, ini memang cerita cinta, cinta pertama.
Cinta pertama saya pada pekerjaan yang sekarang sedang saya geluti. Gini-gini saya pernah jadi karyawan perusahaan swasta lho, kalau berangkat pakai seragam pula (Ibu saya itu selalu suka lihat pekerja yang pakai seragam, katanya berwibawa). Saya resign dari perusahaan tersebut karena diajak suami pindah kota, rencananya mau membuka usaha sendiri. Gayung bersambut, keempat orang tua kami mendukung. Bahkan Ibu saya memaksa saya untuk membawa kulkas satu-satunya milik beliau untuk saya bawa serta, katanya buat isi-isi rumah yang nanti mau saya tempati (hiks hiks, terharuuu).
Membuka usaha baru di kota baru bukanlah hal yang mudah, susah. Suami berusaha keras menghidupi keluarga kecil kami dengan bekerja jadi karyawan lagi. Sedangkan saya masih berusaha keras mengurus perijinan usaha kecil2an kami yang berdiri saja belum.
Setahun berusaha akhirnya berdirilah tempat usaha kami, dengan perijinan yang insya Allah halal, tidak pakai sogok sana sini. Kami mengontrak bangunan kecil dengan harga yang agak luar biasa (kalau menurut saya), tapi bermodalkan semangat dan restu Bapak Ibu, usaha kami mulai berjalan. Karena murni dipegang saya dan suami, maka usaha kami selama satu setengah tahun kemudian berkembang, setidaknya sampai saya hamil anak ke-2. Kehamian yang ini saya benar2 lemah, mual muntah dari pagi sampai malam, saya paksakan tetap bekerja, tapi ternyata tidak bisa, saya hanya bisa seharian di tempat tidur. Usaha kami sedikit terganggu, praktis segala urusan pekerjaan dan rumah tangga suami saya yang pegang. Mau tidak mau kami harus punya karyawan.
Sampai saya melahirkan, saya masih tidak bisa bekerja. Pasca melahirkan pun saya total dirumah, mengurus 2 anak tanpa ART, bahu membahu bersama suami, saya menikmati. Tapi...perekonomian kami menjadi terganggu, kesehatan suami juga mulai terganggu, suami saya tetap bekerja menjadi karyawan namun juga mengurus tempat usaha kami, melelahkan, dan berefek pada kesehatannya.
Saya maunya suami saya resign saja dan total hanya mengurus usaha kami. Tapi perekonomian kami tak mengijinkan.
Tepat sebulan pasca melahirkan, perekonomian kami kembang kempis, usaha yang kami bangun memang menguntungkan, tapi hanya habis untuk biaya operasional dan gaji karyawan. Disaat kepepet itu saya teringat tawaran bisnis teman saya (dulu senior saya di radio kampus) menawarkan bisnis dengan modal hanya 49.900, waktu itu dapat welcome produk pula. Nama bisnisnya ORIFLAME.
Tapi ini MLM, pikir saya waktu itu. Bicara MLM, Saya itu sudah mengenal MLM dari sejak saya kelas 4 SD. Bapak saya itu pernah ikut bermacam-macam MLM, sudah tak terhitung jenisnya, dari MLM beneran sampai money game, dari yang nyata sampai yang ternyata penipuan. Iya, Bapak saya pernah ditipu, bahkan Bapak pernah jual rumah untuk modal MLM (saya lupa namanya), bisa beli beberapa titik agar keuntungan semakin banyak dan cepat naik level. Menghasilkan???...Tidak, Bapak saya merugi, berkali-kali, gak pernah kapok ikut MLM, berganti-ganti, tanpa hasil, malah rugi waktu, dan biaya sudah tak terhitung. Makanya saya sempat membenci MLM karena melihat kehidupan Bapak.
Tapi...karena waktu itu saya kepepet pake banget...saya akhirnya menerima tawaran senior saya itu. 2 bulan berjalan saya diam saja, diajarin menjalankan bisnisnya tapi saya gak pernah action, karena itu saya gak dapet apa-apa. Baru di awal bulan ke 3 saya mulai kerjakan bisnisnya, jabanin aja, gak pake malu, saya berproses, sering pepetin senior saya itu. Belajar sana-sini. Hasilnya, di bulan ke 3 saya mulai nak level, mulai merasakan digaji oleh Oriflame, rekening saya bertambah, lumayan buat uang belanja.
Karena saya kerjanya dari rumah saja, suami dan anak2 jadi terurus, rumah juga terurus (suami saya gak suka rumah berantakan). Berawal dari berproses, menikmati prosesnya, lama-lama saya jatuh cinta, jatuh cinta banget dengan success plannya Oriflame. Dream board yang awalnya hanya pajangan di kamar, mulai benar-benar jadi penyemangat. Saya bertekad, saya akan kejar success plannya. Saya akan bahagiakan keluarga saya, suami, anak-anak dan orang tua kami.
Senior saya itu tiap awal bulan selalu bertanya, target kamu apa bulan ini, hayuk kejar, awal bulan depan akan saya tagih sudah terwujud atau belum. Hanya di Oriflame dimana kita bisa tentukan target kita sendiri, berapa yang ingin kita dapat. Suksesnya juga berjamaah.
Sampai saat ini, tepat 5 bulan saya menjadi bagian dari perusahaan internasional, berdiri sejak 1976 di swedia dan ada di indonesia sejak 1986. Bangga karena upline-upline saya banyak yang sukses, dan saya ingin duplikasi apa yang sudah mereka kerjakan, ingin sukses juga seperti mereka.
Berbicara tentang impian, impian saya mungkin gak seberapa dibanding impian banyak orang, saya ingin membeli kulkas untuk Ibu saya, yang 2 pintu, yang elegan, yang buatan negri ginseng, yang modelnya Won Bin (hadeeeh...korean wave itu luar biasa mempengaruhi saya, xixixi).
Yang kedua, saya ingin menyekolahkan Naila (anak pertama saya) di sekolah yang anak saya inginkan. Nama sekolahnya Al-Izah Purwokerto. Insya Allah mei tahun ini mau saya daftarkan, karena target saya Mei gaji saya dari Oriflame sudah cukup untuk mendaftarkan Naila disana.
Doakan saya yaaa...

Kulkas untuk Ibu, semoga bisa terbeli

Ruang belajar di sekolah Al-Izzah Purwokerto, Naila pengen sekolah di situ...semoga bulan Mei bisa terwujud. Aamiin...
Semoga sukses bisnisnya yaa mbak Barlian :D Teman-temanku pun banyak yang bisnis Oriflame, isi socmednya sepertinya bahagia banget sudah digaji & terus naik level.
BalasHapusaamiin....trimakasih Mba Tia... :D
Hapus